Aku dan Ketiadan-ku

Biarkan air menggenang luas, dia akan hidup pada tempat-tempat yang menerimanya, tanpa memilihnya.
Biarkanlah pohon-pohon hidup tinggi menjulang, dia akan memberikan kenyamanan sekaligus mala petaka.
Biarkanlah angin sepoy merayu-rayu, mengajak bercanda, menipu, ada datang dan pergi.

Aku ini, sama, berupaya menyamakan, dengan tuntutan yang ada. Ada dalam ketiadaan.
Kau menginginkanku, aku tak tahu apa yang kau inginkan. Aku tak mengenal diriku.
Luka, kau kira aku baik-baik saja?.

Semua dengan langkah-langkahnya, meluas ke berbagai tempat, masuk menusuk bagai anak panah. Bagai genang-genang air. Tak menolak takdirnya. terus menyusun hidupnya.
Semua berjalan, mengakar, menjulang pohon-pohon mimpi, tak gentar, tak takut, berani salah, terus mengarah.
Semua mendera rapi, menyopot bijak-bijak sakti, pelan terasa, dingin, penuh ekspektasi, angin.

Mata, menyorot, takut, bukan karena bukan merasa 'abdun, takut tidak mungkin percaya, rabbi, dengan 'abdun.
Sudah, cukup, bangkit!.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

1 Hari 1000 Kata

Memahami Ilmu Kalam, Mencipta Peradaban