Postingan

Menampilkan postingan dari 2017

Aku dan Ketiadan-ku

Gambar
Biarkan air menggenang luas, dia akan hidup pada tempat-tempat yang menerimanya, tanpa memilihnya. Biarkanlah pohon-pohon hidup tinggi menjulang, dia akan memberikan kenyamanan sekaligus mala petaka. Biarkanlah angin sepoy merayu-rayu, mengajak bercanda, menipu, ada datang dan pergi. Aku ini, sama, berupaya menyamakan, dengan tuntutan yang ada. Ada dalam ketiadaan. Kau menginginkanku, aku tak tahu apa yang kau inginkan. Aku tak mengenal diriku. Luka, kau kira aku baik-baik saja?. Semua dengan langkah-langkahnya, meluas ke berbagai tempat, masuk menusuk bagai anak panah. Bagai genang-genang air. Tak menolak takdirnya. terus menyusun hidupnya. Semua berjalan, mengakar, menjulang pohon-pohon mimpi, tak gentar, tak takut, berani salah, terus mengarah. Semua mendera rapi, menyopot bijak-bijak sakti, pelan terasa, dingin, penuh ekspektasi, angin. Mata, menyorot, takut, bukan karena bukan merasa 'abdun, takut tidak mungkin percaya, rabbi, dengan 'abdun. Sudah, cukup, ba

SUMBU PENDEK

Gambar
Mari Kita Berbicara Sumbu Pendek.            Perkembangan teknologi yg amat luar biasa ini, memudahkan kita melakukan segala hal. Termasuk dengan komunikasi. Adanya teknologi memudahkan kita untuk saling berkomunikasi. Membagikan informasi. Dan pengetahuan. Semua kemudahan itu ternyata tidak menjadikan kita semakin Arif. Mudahnya arus informasi-komunikasi memudahkan kita mempersulit (menyakiti) orang lain. Hal ini tidak lain karena kita tidak bisa mengontrol ego (nafsu) kita diruang publik. Seenakknya komentar pedas, justifikasi negatif, menulis keluh kesah keluarga, teman, dan pekerjaan (smua hal privasinya) di ruang publik.            Adanya teknologi canggih yang katanya 'memudahkan' komunikasi tidak begitu benar adanya. Ketika dihadapkan pada arus informasi yg datang pada seseorang akan menimbulkan banyak fenomena diantaranya mudah berkomentar. Berkomentar adalah hak siapapun, tapi berkomentar tanpa memahami isi informasi secara mendalam itu 'ngawur!'.